Trending

Habari Aja

Langkah Bank Indonesia dalam Mempertahankan Stabilitas dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

 

DATA: Perkembangan perekonomian - Foto Dok BI


HABARIAJA.COM, BANJARMASIN - Bank Indonesia (BI) terus berperan aktif dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu kebijakan strategis yang diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025 adalah keputusan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Penyesuaian ini diikuti dengan penurunan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,00% serta suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%.

Keputusan ini didasarkan pada berbagai faktor fundamental, termasuk proyeksi inflasi tahun 2025 yang tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5% ± 1%. Selain itu, nilai tukar rupiah juga terjaga sesuai dengan fundamental ekonomi, memberikan landasan yang kuat bagi kebijakan moneter untuk lebih mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan Pre-emptive dan Forward Looking

Penurunan BI-Rate ke level 5,75% merupakan langkah yang bersifat pre-emptive dan forward-looking, mencerminkan respons Bank Indonesia terhadap dinamika ekonomi global dan domestik. Keputusan ini juga didukung oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang tetap solid, sebagaimana tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang masih berada pada level tinggi, yakni sebesar 5,03% pada tahun 2024. Sementara itu, inflasi pada tahun yang sama tetap terjaga di level 1,57% (yoy) masih dalam rentang target inflasi nasional.

Secara teori, penurunan suku bunga memiliki dampak positif terhadap perekonomian domestik, terutama dalam mendorong peningkatan permintaan domestik dan aktivitas sektor riil. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, diharapkan terjadi peningkatan penyaluran kredit yang akan mendorong ekspansi dunia usaha, meningkatkan investasi, serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat.

Tantangan dalam Implementasi Kebijakan

Meskipun memiliki berbagai manfaat, kebijakan penurunan suku bunga juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama akibat divergensi pertumbuhan ekonomi dunia serta dinamika pasar keuangan internasional yang belum sepenuhnya stabil. Permintaan global yang masih lemah dapat menghambat stimulus terhadap sektor riil, sehingga potensi dampak positif dari penurunan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional bisa menjadi terbatas.

Di sisi lain, terdapat risiko yang perlu diantisipasi, seperti potensi arus keluar modal (capital outflow), yang dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Jika tidak dikelola dengan baik, depresiasi nilai tukar bisa meningkatkan biaya impor, yang pada akhirnya dapat memicu kenaikan inflasi. Oleh karena itu, dalam implementasinya, Bank Indonesia juga perlu menyeimbangkan kebijakan moneter dengan kebijakan makroprudensial dan fiskal agar dampak negatif dapat diminimalkan.

Penurunan BI-Rate yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada awal tahun 2025 merupakan kebijakan yang tepat dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan tingkat inflasi yang tetap rendah serta optimisme konsumen dan dunia usaha yang masih terjaga, langkah ini diharapkan mampu memperkuat pemulihan ekonomi Indonesia.

Namun demikian, efektivitas kebijakan ini tetap bergantung pada berbagai faktor eksternal maupun internal. Oleh karena itu, koordinasi antara kebijakan moneter, fiskal, serta kebijakan makroprudensial lainnya perlu terus diperkuat guna memastikan bahwa langkah ini tidak hanya menjaga stabilitas ekonomi, tetapi juga memberikan stimulus yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Sumber: Rivaldi, Ekonom Yunior (Kantor Perwakilan Bank Indonesi Provinsi Kalimantan Selatan)
Lebih baru Lebih lama